Di dalam program penelitian Kemerdekaan, dekolonisasi, kekerasan dan perang di Indonesia, 1945-1950, proyek Saksi & Rekan Sezaman (Getuigen & Tijdgenoten) berfokus pada pengumpulan pengalaman orang-orang yang terlibat masa tersebut. Proyek Saksi & Rekan sezaman ingin menjembatani orang-orang yang tinggal di Indonesia antara tahun 1945 dan 1950 dengan para peneliti program penelitian. Dengan berbagi cerita pribadi dari periode 1945-1950 dengan para penaliti, pengalaman tersebut dapat membantu menciptakan gambaran dekolonisasi yang lebih lengkap. Baca lebih lanjut ›

Dalam program penelitian Onafhankelijkheid, dekolonisatie, geweld en oorlog di Indonesie, 1945-1950 (Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia, 1945-1950) subprogram

Panggilan
15-10-2020

Kumpulan surat yang dikirim oleh pasangan Rempt-Schepers dari Hindia Belanda/Indonesia ke Belanda antara tahun 1937 dan 1946 baru-baru ini disumbangkan ke Institut Belanda untuk Studi Perang, Holocaust, dan Genosida (NIOD). Untuk blog kali ini, kedua putri pasangan tersebut telah memilih beberapa surat yang ditulis antara September 1945 dan Februari 1946 untuk dimuat di situs web kami, disertai dengan sebuah pengantar.

Blog
02-12-2019

Musim gugur ini, Anne-Marie Visser berbagi album foto keluarganya dan beberapa catatan tentang ibunya dengan program Getuigen & Tijdgenoten (Saksi & Rekan Sezaman). Pada blog ini, dia memaparkan apa yang dirasakannya saat menerima sebuah informasi yang tak bisa sepenuhnya dicerna.

Blog
21-11-2019

Anne Janse-Veen menceritakan pengalamannya sebagai seorang anak usia 14 tahun yang mengalami langsung periode Bersiap. Pengalamannya tersebut dibagikannya melalui program Saksi & Rekan Sezaman dan dapat dibaca lebih lengkap pada blog berikut ini.

Blog
22-08-2019

Di atas geladak kapal besar itu, Constance Iemhoff berdiri tegak dalam balutan seragam perawat. Bersama sukarelawan Palang Merah lain, gadis muda berusia 21 tahun itu mengangkat tangan dan memberi hormat kepada para perwira tentara yang berdiri tepat di seberang mereka. “Kami diajari dan diwajibkan memberi hormat. Keharusan ini kerap membuat kami tak kuat menahan tawa.” Setelah tangan diturunkan, para perwira itu datang menghampiri para perawat dan memperkenalkan diri. Salah seorang dari mereka adalah Letnan Dua Arend Groen, seorang anggota polisi militer Angkatan Laut Belanda. Oleh atasannya, dia diberi tanggung jawab khusus untuk memastikan agar setiap penumpang kapal berperilaku tertib.

Blog
11-07-2019

Subprogram Saksi & rekan sezaman kini sudah berjalan selama lebih kurang dua tahun. Eveline Buchheim, salah seorang koordinator penelitian ini, terdorong untuk menulis sebuah refleksi personal mengenai nilai dari memori.

Blog
18-04-2019

Antara bulan Oktober 1945 dan Oktober 1946, pabrik gula Sumobito yang terletak tak jauh dari Jombang dan Mojokerto di Jawa Timur dijadikan sebagai tempat pengungsian.

Blog
15-03-2019

Koos-jan de Jager terdaftar sebagai seorang kandidat doktor di Universitas Amsterdam sejak 2018. Kajian doktoralnya adalah ihwal peran agama dalam perang kemerdekaan Indonesia. Ia mencoba menyelidiki dampak perang terhadap keyakinan para serdadu Belanda di Indonesia, dan perilakunya selama perang tersebut. Berikut adalah tulisan terbarunya untuk program Saksi & Rekan sezaman.

Blog
05-03-2019

Memori hadir dalam beragam jenis dan ukuran. Begitu pula dengan ingatan tentang Hindia Belanda – kini Indonesia. Ingatan-ingatan itu dipoles tidak hanya dengan warna terang, dan cerah. Elsbeth Locher-Scholten – mantan dosen di Universitas Utrecht dan pakar sejarah kolonialisme dan dekolonisasi – menulis sebuah kolom tentang kekerasan kolonial dan ingatan kolonial untuk proyek penelitian Saksi dan Rekan Sezaman, bagian dari tulisannya merujuk kepada perbincangan tentang buku yang ditulis oleh Kester Freriks, Tempo Doeloe, een omhelzing (Tempo Doeloe, sebuah pelukan).

Blog
18-02-2019

Pada tanggal 24 Januari, kelompok peneliti Saksi dan Rekan Sezaman, bekerja sama dengan Historisch Centrum Overijssel (Pusat Sejarah Provinsi Overijssel)/IJsselacademie (lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan regional provinsi Overijssel), mengadakan sebuah pertemuan berjaring. Pertemuan ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari wawancara yang dilakukan oleh sejarawan Belanda Ewout van der Horst, bersama lima belas orang veteran perang Belanda dari Overijssel, sebuah provinsi di timur Belanda. Hasil wawancara ini kemudian diterbitkan di sebuah situs internet yang dikelolanya. Berikut adalah laporan pertemuan tersebut yang ditulis oleh Stephanie Welvaart.

Artikel
19-12-2018

Bagaimanakah sejarah dan ingatan saling bertaut?

Blog
31-10-2018

Maarten Hidskes menempuh perjalanan lebih dari 10 ribu kilometer berkeliling Indonesia untuk memperkenalkan buku terbarunya yang baru saja dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, Thuis gelooft niemand mij (Di Rumah Tak Ada Yang Mempercayaiku). Di Indonesia, dia mengunjungi 11 universitas, mewawancarai saksi hidup, para veteran perang, dan berbincang dengan sekira 1200 mahasiswa sejarah dan ilmu politik, dan dengan puluhan dosen. Tepat di tengah perjalanannya, Maarten mendengar seorang dosen mengutarakan pendapatnya tentang inti dari perjalanan yang ditempuhnya: “Perjalanan Anda memuat arti penting tentang berbagi dan saling peduli.”

Blog
27-02-2018

Oleh Fridus Steijlen
Fridus Steijlen, penanggung jawab proyek penelitian Saksi dan Rekan Sejaman, baru-baru ini sedang berada di Maluku. Dia tentu saja memanfaatkan kesempatan itu untuk merekam kesaksian dari pelaku sejarah di Indonesia. Dalam blognya, Fridus menceritakan tentang Pak Edi yang memintanya dipotret sambil memeragakan pose sedang berjuang.

Blog

Sub-proyek Saksi & Rekan Sezaman berfokus pada pengumpulan pengalaman orang-orang yang terlibat masa tersebut, yang sekarang tinggal di Belanda, di Indonesia atau di negara lain.